Seni Pertunjukan Tradisional (SPT) Di Gunungkidul Bakal Tergilas Seni Pertunjukan Modern (SPM)?

181

GUNUNGKIDUL-igtv.vision | Dihimpun dari berbagai sumber seni pertunjukan (SP) dibagi dua. Pertama, SP Tradisional (SPT). Kedua SP Modern (SPM).

Di Kabupaten Gunungkidul berkembang aneka SPT seperti: Ketoprak, Wayang Kulit, Campur Sari, Ande-Ande Lumut, Tayub, Reog, Jathilan dan masih banyak yang lain.

Tahun 2023, muncul SPM berupa Peragaan Busana Batik berlokasi di pinggir pantai.

Fashion Show Beat diprakarsai Sunaryanta, Bupati Gunungkidul berbarengan dengan HUT GunungkIdul ke-192.

Muncul kekhawatiran, SPT tidak akan mampu menandingi kehadiran SPM

Alasannya, SPM didanai besar-besaran, sementara SPT, hampir pasti dibiarkan berjalan sendiri dengan dana yang pas-pasan.

Menurut Heri Nugroho, Wakil Ketua DPRD Gunungkidul, SPT maupun SPM perlu biaya.

Baca Juga  Rumah Limasan Kayu Jati Berikut Perabotan Terbakar, Kerugian Ratusan Juta Rupiah

“Selama ini, SPT mengandalkan dana dari kelompok yang bersangkutan, perorangan, atau pihak ke-3,” ujar Heri Nugroho, 18-6-2023.

Pemerintah, melalui Kundha Kabudayan juga mendanai SPT, tetapi tidak sebanyak yang dikucurkan ke SPM di pertengahan 2023, seperti yang dilaksanakan di Pantai Sepanjang.

SPM dalam bentuk fashion show adalah pertunjukan mode. Bukan SPT yang hidup di kalangan rakyat kebanyakan. SPM secara eksklusif hidup di kalangan masyarakat menengah ke atas.

Tidak aneh jika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno, ketika berkunjung ke Bumi Handayani 4-5-2023 menyanjung SPM Batik Show Beat.

Baca Juga  Gunungkidul Masih Belum Dapat Keluar dari Masalah Droping Air Bersih

Pemerhati SPT yang lain menyatakan,
jika investor diberi kewajiban corporate social responsibility (CSR) untuk membantu satu (1) grup SPT, niscaya seni dan budaya Gunungkidul maju pesat.

Sebab soal CSR payung hukumnya cukup jelas, Peraturan Pemerintah. Perusahaan ada kewajiban menyisihkan 2% keuntungan untuk kepentingan membantu masyarakat, termasuk menghidupi SPT.

Tetapi rupanya Pemerintah Gunungkidul tak serius. Banyak kepentingan terselubung dengan adanya CSR.

Jika pemerintah GunungkIdul serius membuat regulasi transparan, diyakini akan memberikan kontribusi maksimal di bidang seni budaya.

Pertanyaan sederhana, ujar tokoh yang tidak mau disebut jati dirinya, berapa CSR Widodo Makmur Unggas? Lebih jauh lagi, digunakan untuk apa saja?

Baca Juga  Anggota Polisi Berpangkat Bripka Menangis di Depan Masyarakat, Lantaran Dipindah Tugas

“Kekhawatiran itu sebenarnya tidak berlebihan,”ujar Joko Priyatmo (Jepe).

Sebab kata dia, Bupati Sunaryanta dalam sambutan tertulis pada pagelaran Batik Show Beat menyatakan tahun 2024 akan menggelar pertunjukan yang sama dalam skala besar.

Di sisi lain dia meragukan, apakah 2024, Dinas Kebudayaan akan membiayai SPM seperti Show Beat lebih besar ketimbang tahun 2023.

“Belum tentu. Karena sumber biaya dari Danais akan dikritisi masyarakat. Sebab tahun 2024 adalah tahun politik.”

Tahun seperti itu, menurut Jepe, yang banyak ditanggap adalah SPT, bukan SPM.

“Yang paling laris adalah SPT jenis campursari,” kata dia.

(Bambang Wahyu)