Gunungkidul-igtv.vision | Pameran pembangunan untuk apa? Masyarakat bertanya. Pejabat menjawab singkat. Agar pelaku bisnis (UMKM) dikenal luas. Pendapatan di arena pameran pembangunan meningkat.
Itu sebabnya pameran pembangunan banyak digelar di Gunungkidul mulai dari tingkat Kalurahan, Kapanewon hingga Kabupaten.
Barang-barang yang dipamerkan sangat banyak. Sebut saja mulai dari produk pertanian seperti sayur mayur hingga hasil kerajinan.
Pameran pembangunan dilaksanakan dalam event tertentu. Pada lomba dusun, lomba desa, rasulan, peringatan hari ulang tahun kemerdekaan dan lain sebagainya.
Tujuan pameran pembangunan salah satu diantaranya tadi disebut, untuk meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM.
Apakah pendapatan mereka meningkat atau sebaliknya sama sekali tidak pernah diukur oleh para penyelenggara pameran.
Pertanyaan sederhana bagaimana cara mengetahui bahwa pelaku pameran itu pendapatannya meningkat? Terutama saat pameran itu berlangsung.
Apakah dagangan mereka laku keras atau bahkan hanya dilihat oleh para pengunjung? Ini tidak pernah ada evaluasi atau laporan.
Sementara media massa sering mengekspos bahwa pameran pembangunan dikunjungi oleh ribuan orang. Parahnya hanya sampai di situ.
Apa artinya banyak pengunjung tetapi kalau tidak belanja? Sama saja dengan bohong besar.
Lalu bagaimana cara mengetahui bahwa UMKM yang melaksanakan pameran itu dapat duit. Ini butuh masukan agar pameran pembangunan tidak sia-sia.
“Hehehe …. aku yo melu bingung. Pejabate mubeng yo ra tuku. Tapi nek ono gratisan nyobain pasti antri. Misal nggon jamu. Nggon makanan kecil,” ujar politisi Gerindra, Slamet, SPD. MM, 21-6-2023.
Tapi menurut Slamet Harjo, UMKM cukup gembira bisa ikut pameran pembangunan yang diselenggarakan pemerintah.
“Bisa menjadi bahan cerita ke anak cucu. Lebih-lebih bisa foto bersama Pak Penewu,” ungkap Ketua Dewan Penasehat DPC Partai Gerindra Gunungkidul itu.
Apa ada pikiran lain, agar di stand pameran UMKM dagangannya laris? Dan sebab itu ekonomi mereka meningkat?
Eddy Praptono Staf Ahli Bupati Gunungkidul Bidang Ekonomi bercerita.
“Saya mesti beli nesji 2 atau 3 barang yang dijajakan di stand pameran. Niatnya nglarisi walau mungkin tidak terlalu saya perlukan,” ujarnya.
Dia mengaku pernah mewakili Bupati di Kapanewon Panggang. Yang dijual tempe dele tempe koro, tape ketan, bakpia, pisang dan lainnya.
“Saya beli dan pulang dengan dua (2) tas kresek. Tidak risih, saya bawa sendiri. Berusaha untuk tidak ja’im. Walau ada yang menawarkan untuk membawakan barang belanjaan tersebut,” turur Eddy Praptono.
La nek ada yang bawakan, lanjut Eddy Praptono, dikira saya ndak belanja, seperti asumsi Pak Slamet.
Ada usulan, agar PNS yang hadir di stand pameran pembangunan dimintai tanda tangan sebagai bukti bahwa mereka belanja. Tidak melulu sebagai pengunjung dan penonton. Tetapi belum banyak tanggapan. (Bambang Wahyu)