Seorang Perempuan di Gunungkidul Berhasil Mengangkat Derajat Tiwul

69

HIDUP bahagia serta bangga menjalani profesi sebagai petani, seorang warga di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berhasil meraih anugerah SVARNA BHUMI AWARD 2024.

Suparjiyem (61) seorang perempuan warga Padukuhan Wareng IV  RT 02/04, Kalurahan Wareng, Kapanewon, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, menerima penghargaan SVARNA BHUMI AWARD 2024 pada 29 Agustus 2024 lalu.

Dalam acara penganugerahan SVARNA BHUMI AWARD 2024 di Studio Metro TV pukul 20.00 WIB, Suparjiyem dijuluki pendekar pangan lokal lantaran dianggap berhasil mengangkat derajat tiwul.

Baca Juga  BREAKING NEWS: Kereta Api Taksaka Hantam Truk Molen

Melalui kelompok Tani Menur yanga ia bentuk sejak 1989, Suparjiyem berhasil mendorong masyarakat menghargai pangan lokal.

Berkat kerjasamanya dengan berbagai pihak, kreasi olahan singkong kelompok Tani Menur yang dibina Suparjiyem berhasil dipasarkan di berbagai daerah di Indonesai bahkan luar Negeri.

Atas keberhasilan serta keuletannya, Suparjiyem dinobatkan sebagai  ”PAHLAWAN SVARNA BHUMI AWARD 2024” serta berhak menerima uang apresisai senilai Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) yang diberikan oleh PT. Pupuk Indonesi Persero.

Baca Juga  Kandang Hangus Terbakar, 18 Ribu Ekor Ayam Ludes Terpanggang

Suparjiyem mengatakan, menjadi seorang petani merupakan panggilan hati, sehingga ia bangga berprofesi sebagai petani merdeka.

“Saya bangga menjadi seorang petani karena saya juga bisa menyekolahkan anak, bisa e..layak hidup seperti masyarakat pada umumnya. Petani adalah panggilan hati saya dan saya sangat bahagia, dan petani adalah merdeka,” kata Suparjiyem saat Penganugerahan SVARNA BHUMI AWARD 2024 di Studio Metro TV (29/08/24).

Baca Juga  MAHFUD MD GERILYA, BERIKUTNYA MENARI DI SENAYAN

Dengan memanfaatkan lahan yang kurang produktif, Suparjiyem berujar, bersama kelompok Menur binaanya, ia juga berhasil meninggkatkan harga jual tanaman empon-empon.

“Kebetulan pada saat ini kami sedang mempergunakan lahan yang tidak produktif dengan saya tanami empon-empon di lingkungan pekarangan yang selama ini tidak ada harganya. Umpamanya empon-empon itu dijual hanya katakanlah Rp 3000/Kg, kami sudah mampu menjual menjadi Rp 100.000/Kg setelah kami olah,” jelasnya. (Abr)